Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah tetap mengarahkan atau mengincar wisatawan kelas menengah.
Ia justru khawatir jika nantinya wisata super premium tersebut akan tampak terlalu mewah, dan malah menurunkan jumlah kunjungan wisatawan karena terlalu mahal.
"Kalau terlalu mewah, nanti pesawatnya kosong karena mahal, siapa yang mau naik? Ya tetap harus perhatikan lainnya juga, misalnya, milenial yang sudah nabung dan booking enam bulan sebelumnya masa enggak kita layani. Mereka pasti cari harga paling terjangkau," jelasnya.
"Kesannya sombong kalau terlalu eksklusif, kasihan milenial yang uangnya nanggung dan ingin melihat Pulau Komodo," lanjutnya.